clicksor

Clicksor

bisnis paling gratis

Saturday, January 8, 2011

Pemanfaaatan inovasi dan Teknologi untuk Pendidikan

Download Disini : http://www.ziddu.com/download/13303333/invention.doc.html

Dewasa ini pendidikan dipandang sebagai suatu aktifitas yang bersifat antisipatoris, yaitu pengadaan aktifitas yang untuk menyongsong perkembangan-perkembangan yang diperhitungkan akan terjadi di masa depan (Buchori, 1994). Postur antisipasi ini ditentukan oleh persepsi suatu masyarakat pendidikan terhadap kecenderungan yang ada, yang ditarik secara inferensial dari fakta-fakta yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu kecenderungan yang terlihat dengan jelas adalah dinamika kehidupan manusia dewasa ini ialah perubahan-perubahan yang dihasilkan kehidupan manusia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlangsung lebih cepat. Jumlah penemuan (inventions) yang dihasilkan per tahun di berbagai bidang ilmu pengetahuan makin lama makin bertambah sejajar harapan manusia untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Implikasi dari segenap perubahan yang terjadi mempengaruhi aspek pendidikan di Indonesia. Bangsa Indonesia dituntut untuk merancang sistem pendidikan yang lebih dinamis dan lebih responsif terhadap perubahan-perubahan serta kecenderungan-kecenderungan yang sedang berlangsung. Hal ini berarti di zaman ini sistem pendidikan dituntut untuk memiliki beberapa kapabilitas. Buchori (1994) menjelaskan bahwa kemampuan tersebut adalah :
a. Kemampuan untuk mengetahui pola-pola perubahan dan kecenderungan yang sedang berlangsung
b. Kemampuan untuk menyusun gambaran tentang dampak yang akan ditimbulkan oleh kecenderungan di atas
c. Kemampuan untuk menyusun program-program penyesuaian diri yang akan ditempuh dalam jangka waktu tertentu
Kegagalan untuk mengembangkan ketiga jenis kemampuan tersebut akan berakibat pada anggapan bahwa sistem pendidikan terperangkap pada routinisme. Jika keadaan semacam ini dibiarkan pada akhirnya yang dirugikan adalah bangsa sendiri, terutama generasi mudanya. Hal ini disebabkan generasi muda pada masyarakat yang memiliki kemampuan (priviledge) akan berlari kepada sistem pendidikan asing dan meninggalkan sistem pendidikannya sendiri yang dirasakannya semakin hari semakin asing.
Pendidikan tidak berproses pada ruang hampa, tetapi mengalami pergesekan dengan dunia di sekitarnya yang terus berkembang, Hal ini menjadi alasan untuk mengadakan redefinisi mengenai konsep pendidikan yang selama ini diterapkan di Indonesia atau dengan mengelaborasi hal-hal yang sesuai dengan tuntutan zaman. Perkembangan kelompok peneliti, laboratorium, maupun pusat-pusat penelitian yang baik tersebut belum merata pada setiap institusi pendidikan di Indonesia. Kenyataan menunjukkan, masih cukup banyak pendidik di institusi pendidikan yang relatif masih memerlukan peningkatan kemampuan melaksanakan penelitian yang berkualitas baik. Akses terhadap fasilitas penelitian yang baik dan lengkap belum merata di Indonesia. Kerjasama penelitian antar institusi pendidikan di Indonesia masih perlu didorong dan ditingkatkan, sehingga sinergi pelaksanaan penelitian dapat lebih ditingkatkan dan dioptimalkan.
Upaya alih ilmu dan teknologi saat ini telah menjadi suatu masalah yang maha penting bagi semua bangsa, yang maju maupun yang sedang berkembang. Upaya alih ilmu dan teknologi diartikan sebagai penggunaan pengetahuan teknologi bersama-sama dengan sumber daya lainnya untuk memadukan (assimilate) dan menyesuaikan (adapt) teknologi yang ada atau menciptakan teknologi yang baru. Ada tiga alasan pentingnya upaya alih ilmu dan teknologi dan sekaligus pemanfaatannya dalam dunia pendidikan yaitu, pertama persaingan internasional semakin bersifat “technology driven” artinya dipacu oleh teknologi. Kedua, siklus perkembangan produk baru dan proses baru menjadi semakin pendek. Ketiga, keunggulan komparatif suatu negara (ekonom) atau suatu perusahaan terus menerus dipengaruhi oleh berbagai perubahan.
Saat ini perlombaan untuk menciptakan, menguasai dan menerapkan teknologi baru memang telah menempatkan negara-negara berkembang termasuk Indonesia dalam kedudukan yang tidak menguntungkan karena mereka tidak dapat berada di baris terdepan. Bagi kebanyakan negara berkembang teknologi yang baru tidak dapat dikembangkan sendiri di dalam negeri tetapi harus diperoleh dari luar. Tetapi upaya memperolehnya dari luar banyak mengalami hambatan yang berkaitan dengan masalah hak milik intelektual (property rights) dan atau biaya transfer teknologi yang cukup tinggi. Selain itu,kesulitan yang dihadapi juga bersumber pada keterbatasan sumber finansial dan sumber daya manusia.
Oleh karena itu bagi negara berkembang kebijaksanaan penguasaan teknologi dan pemanfaatannya, yang paling tepat adalah membangun kemampuan penyerapan (absorptive capacity) melalui upaya transformasi teknologi dalam artii mempelajari, menyesuaikan, dan bila mungkin memperbaiki teknologi asing yang tersedia dengan tujuan memperoleh keunggulan kompetitif. Dengan cara demikian memungkinkan terjadinya alih IPTEK atau pergeseran penguasaan dari teknologi yang bersifat madya (intermediate) pada teknologi tinggi (high-tech) dan akhirnya pada teknologi yang baru (new technologies).
Landasan Teoritik Pemanfaatan Inovasi Dan Teknologi Dalam Bidang Pendidikan
1. Pengertian Inovasi Dan Hal-Hal Yang Mempengaruhi Inovasi
Inovasi (innovation) dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama (Soekanto, 1994). Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsur budaya baru yang tersebar di sebuah komunitas dan diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam komunitas yang bersangkutan. Dalam kaitannya dengan inovasi, ada dua istilah yang merupakan bagian dari inovasi, yaitu invensi penemuan (discovery) dan (invention).
Discovery lebih merujuk pada tahap awal invention, berupa gagasan yang dikemukakan seseorang atau serangkaian ciptaan. Discovery akan menjadi invention jika masyarakat sudah mengakui dan menerimanya. Seringkali perubahan dari discovery menuju invention membutuhkan waktu yang lama. Inovasi adalah proses yang mengiringi adanya discovery dan invention. Meskipun sebuah temuan sudah menjadi invention akan tetapi inovasi tetap berjalan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa inovasi adalah proses yang tiada berakhir sepanjang manusia memiliki keinginan untuk menuju ke arah kehidupan yang lebih baik.
Koentjoroningrat mengatakan bahwa inovasi dapat berlangsung dengan optimal ketika individu dalam sebuah komunitas memiliki :
a. Adanya kesadaran akan kekurangan yang dimiliki, serta menerima kekurangan tersebut sebagai sesuatu hal yang alami dan harus segera dicari jalan cara mengatasi kekurangan tersebut
b. Kurang optimalnya potensi yang dimiliki
c. Adanya perangsang bagi aktifitas penciptaan dalam masyarakat, misalnya penghargaan
d. Keinginan terhadap kualitas, yaitu keinginan untuk mempertinggi kualitas suatu kondisi atau karya yang sudah dihasilkan
e. Memiliki keterbukaan terhadap ide dan gagasan baru yang konstuktif
Berdasarkan pengertian di muka dapat disimpulkan bahwa inovasi dalam bidang pendidikan adalah temuan yang dihasilkan seseorang dalam bidang pendidikan sebagai upaya yang terus menerus untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki. Inovasi dalam bidang pendidikan adalah upaya yang tiada berakhir dalam kerangka wacana ilmu pendidikan. Inovasi pendidikan dapat berupa tawaran ide dan gagasan mengenai penyelenggaraan proses pendidikan baik secara formal di sekolah ataupun non formal di luar sekolah.
2. Pengertian Teknologi dan Hal-hal yang Mempengaruhi Teknologi
Teknologi berasal dari kata tekne (dalam Bahasa Inggris : art) dan logos (dalam Bahasa Indonesia : ilmu). Menurut Kamus Webster (1983) art adalah keterampilan (skill) yang diperoleh melalui pengalaman, studi dan observasi. Dengan demikian teknologi diartikan sebagai ilmu yang membahas keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman, studi dan observasi. Bila dikaitkan dengan pendidikan, teknologi berarti perluasan konsep yang ada tentang media, dimana teknologi bukan sekedar benda, alat, bahan atau perkakas tetapi tersimpul sebuah sikap, perbuatan, organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu (Achsin, 1986).
Berkaitan dengan teknologi, istilah yang juga dikenal adalah kata teknik. Teknik dalam bidang pendidikan bersifat apa yang sesungguhnya terjadi antara guru dan pelajar. Teknik dapat juga diartikan sebagai strategi khusus (Anthony dalam Arsyad, 2000). Richard dan Rodgers (dalam Arsyad, 2000) menjelaskan bahwa teknik adalah prosedur dan praktek sesungguhnya dalam kelas. Dari paparan di muka dapat disimpulkan bahwa teknologi tidak hanya berupa peralatan sarana dan pra sarana, tetapi juga keterampilan dan skill.
Melalui penjelasan secara definitif di muka akan nampak pengertian mengenai teknologi pendidikan (educational technology), yaitu seperangkat sikap dan keterampilan individu dalam memanfaat berbagai macam potensi yang ada untuk menyelenggarakan proses pendidikan yang optimal. Teknologi pendidikan dapat berkembang pesat apabila sejumlah aspek pendidikan dapat terwadahi. Aspek-aspek tersebut antara lain :
a. Tersedianya wacana dan diskursus mengenai pendidikan
Wacana adalah dokumentasi mengenai hasil pemikiran atau kajian mengenai sebuah topik permasalahan, sedangkan diskursus adalah pembicaraan dan dialog keilmuan. Kedua hal ini merupakan sarana fisik yang dapat mendukung perkembangan teknologi. Berkaitan dengan teknologi pendidikan, apabila sebuah komunita memiliki wacana yang kaya serta memiliki diskursus yang sangat aktif maka perkembangan teknologi pendidikan di dalam komunitas tersebut akan berkembang dengan pesat.
b. Minat untuk melakukan riset atau penelitian
Minat untuk melakukan penelitian adalah minat untuk menjajagi menelaah sebuah permasalahan secara ilmiah. Disadari pula bahwa persoalan yang dihadapi para guru dan pendidik itu seringkali bersifat kasuistik dan khas. Bisa berdasarkan komunitas, ruang lingkung lembaga atau oraganisasi dan setting sosisl budaya yang dimiliki masing-masing. Karena itu pula, masalah atau persoalan yang diangakat dan kemudian dicarikan solusianya atau penyesuaiannya tidak bisa digeneralisir atau diungkapkan secara deduktif (Diknas, 1990). Minat untuk melakukan riset akan menyelesaikan berbagai macam problema tersebut dan meningkatkan teknologi pendidikan.
Pembahasan
Pendidikan merupakan usaha yang disengaja dan berencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak atau generasi muda, agar diri pribadinya bermanfaat bukan hanya untuk kepentingan orang lain, masyarakat, bangsa dan negaranya, melainkan juga untuk dirinya sendiri. Pendidikan memiliki peranan yang teramat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan individu pada khususnya dan kemajuan sebuah bangsa dan masyarakat pada umumnya.
1. Beberapa Pertimbangan dalam Memanfaatkan Inovasi dan Teknologi Pendidikan
Tilaar (2001) melihat bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan inovasi pendidikan. Tilaar lebih memilih term inovasi pendidikan dibanding dengan pendidikan eksperimental, karena menurutnya pendidikan eksperimental melihat bahwa pelajar adalah objek percobaan, sehingga berbagai macam perlakuan dapat diterapkan seenaknya. Menurut Tilaar (2001) apabila ada perlakuan yang salah maka dampak yang lebih besar akan terasa 20-30 tahun kemudian.
Inovasi dan Teknologi tidak serta merta langsung diterapkan dalam dunia pendidikan. Terlebih dahulu para pendidik harus mempertimbangkan matang-matang efektifitas fungsinya, terutama identifikasi pada fungsi latennya. Fungsi laten adalah fungsi yang tidak kelihatan dalam memberikan pengaruh pada sebuah efek diluar efek yang diharapkan, yang kemungkinan memiliki unsur negatif. Pemanfaatan inovasi dan teknologi pendidikan pada hakikatnya tidak ditentukan oleh mahal-murahnya harga, akan tetapi kepraktisan dan kesesuaian fungsi yang diemban media tersebut dengan fungsi luhur pendidikan
Dunia pendidikan di Indonesia diharapkan terus menerus berbenah dengan memenuhi harapan masyarakat. Terdapat dua harapan dasar masyarakat mengenai pemanfaatan teknologi pendidikan di Indonesia, antara lain:
a. Bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimanfaatkan akan mampu mengabdi kepada manusia Indonesia. Hal ini berarti bahwa para pendidik harus mencegah timbulnya dehumanized science and technology, mencegah timbulnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak manusiawi, yang mereduksi harkat dan martabat manusia Indonesia.
b. Bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimanfaatkan di Indonesia tidak akan memperbesar masalah pengangguaran yang sudah cukup parah, sebaliknya dapat turut serta memecahkan masalah pengangguran. Berdasarkan pengalaman yang ada, setiap inovasi teknologi lazimnya mempunyai labour displacing effect yang bersifat langsung, sedangkan kemampuan untuk menciptakan kesempatan kerja baru selalu bersifat tak langsung.
Kedua harapan di muka tadi secara eksplisit juga menjelaskan apa yang harus dicapai yaitu pemanfaatan teknologi dapat membantu pekerjaan manusia, serta apa yang seharusnya tidak tidak terjadi, yaitu dehumanized science and technology dan labour displacing effect. Kedua hal ini bagi sebagian orang adalah sisi-sisi sebuah koin, dimana efek-efek negatif akan selalu ada ketika sebuah bangsa memanfaatkan hasil teknologi. Tinggal bagaimana cara yang harus dilakukan untuk memperkecil efek negatif tersebut. Pada dasarnya bangsa Indonesia harus bersedia menelaah lebih dahulu pahitnya setiap pembaharuan teknologi, sebelum mengecapnya manisnya pembaharuan teknologi (Buchori, 1994).
Disamping dua harapan di muka tadi, harapan lain yang juga terdengar secara sayup-sayup mengenai pengembangangan dan pemanfaatan IPTEK ialah bahwa upaya nasional dalam membuahkan hasil-hasil yang mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa dalam pergaulan antar bangsa, dapat mengejarketinggalan Indonesia dari bangsa-bangsa lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengembangan dan pemanfaatan iptek di Indonesia selalu menonjolkan tiga ciri yaitu :
a. Nasionalistik
Pemanfaatan teknologi harus bersifat nasional dan merata agar tidak terjadi friksi-friksi mengenai kesenjangan yang mengakibatkan adanya perasaan tidak adil
b. Humanistik
Pemanfaatan teknologi harus memanusiakan manusia. Seringkali teknologi yang dimanfaatkan justru mematikan gerak pendidik dan pelajar dalam keterasingan, karena segala sesuatu sudah dilakukan oleh teknologi. Pada pendidik misalnya, peran guru sebagai mediator dan fasilitator yang menjadi media yang mempermudah pelajar dalam menerima apa yang diajarkan memiliki cipta, rasa dan karsa. Tiga kualitas kemanusiaan ini tidak boleh dimatikan oleh adanya teknologi. Pada pelajar, pelajar bukanlah objek pendidikan akan tetapi sebagai subjek aktif, oleh karena itu pemanfaatan teknologi tidak boleh mengobjekkan pelajar.
c. Populis
Tekonologi yang diterapkan harus bersifat populis, artinya dapat dinikmati secara langsung oleh sebuah komunitas pendidikan. Terkadang teknologi justru membuat pelajar menjadi individualis karena sifat-sifat begatif teknologi.
Untuk memenuhi harapan di muka, sekaligus memperkecil dampak negatif yang ditimbulkan tidaklah mudah. Pemenuhan aspirasi holistik dalam pengembangan dan penerapan inovasi dan teknologi pendidikan bergantung kepada berbagai hal, antara lain :
a. Kesiapan Komunitas Pakar IPTEK dan Pendidik
Pakar IPTEK dan pendidik diharapkan turut berpacu dalam pergaulan ilmiah internasional. Akses informasi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan di dunia harus terus-menerus dilakukan untuk mengejar ketertinggalan bangsa Indonesia
b. Kesiapan Sistem Pendidikan
Kesiapan sistem pendidikan dalam hal ini adalah kesiapan sistem dan sumber daya pendidikan dalam membimbing bibit-bibit unggul dalam generasi muda secara efisien dan sistematis menurut ukuran-ukuran mutakhir
c. Kesiapan Kultural Masyarakat
Kesiapan kultural masyarakat Indonesia pada umumnya untuk menghadapi dan menanggapi perubahan serta kemajuan yang terjadi secara global dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dengan sikap dewasa.
Berbagai macam kesiapan di muka dapat menjadi sebuah parameter mengenai keberhasilan pendidikan yang dijalankan saat ini. Beberapa kualitas diharapkan telah dimiliki baik oleh praktisi pendidikan maupun masyarakat. Menurut Hamalik (1994), para pendidik harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang inovasi teknologi pendidikan yang meliputi :
a. Pendidik memahami bahwa teknologi adalah alat bantu komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar
b. Pendidik memahami fungsi teknologi dalam membantu mencapai tujuan pendidikan, baik fungsi yang tampak serta fungsi latennya.
c. Pendidik mengetahui seluk beluk proses belajar, sehingga dapat memilih teknologi apa yang diperlukan untuk diterapkan
d. Pendidik mengerti hubungan antara metode mengajar dan teknologi pendidikan
e. Pendidik tahu akan nilai dan manfaat media pendidikan dan pengajaran
f. Pendidik memahami pemilihan dan penggunaan teknologi pendidikan secara aplikatif
g. Pendidik tahu akan berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan
h. Pendidik memiliki usaha inovasi mandiri dalam dunia pendidikan
Beberapa pertimbangan yang dapat digunakan bagi institusi pendidikan dalam kaitannya dengan perkembangan teknologi antara lain:
a. Memilih jenis teknologi yang hendak diterapkan di pendidikan, apakah high technology, low technology ataukah mixed technology.
b. Mempertahankan strukutur yang ada ataukah mengabaikan teknologi yang sedang berkembang
c. Menyesuaikan struktur pendidikan dengan tuntutan teknologi, mengubah struktur pendidikan yang ada ataukah mengembangkan struktur baru yang bersifat fleksibel
Melui paparan di muka dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan inovasi dan teknologi akan membawa ketidakseimbangan pada harmoni yang telah terbentuk pada sebuah institusi pendidikan. Perangkat-perangkat baru, selain membawa konsekuensi yang baru juga dikhawatirkan membawa nilai-nilai baru, yang mungkin tidak disadari oleh pendidik mempengaruhi pelajar. Misalnya, Industrialisasi sebagai wujud dari perubahan teknologi telah mengubah struktur masyarakat dari yang bersifat agraris ke masyarakat industri yang berbudaya serta massal. Karena itu orientasi industri cenderung kepada tuntutan kebutuhan massal atau pasar. Kecenderungan ini perlu diperhitungkan oleh dunia pendidikan. Kajian yang berorientasi kepada kebutuhan masyarakat industri harus menjadi acuan dalam system pendidikan. Oleh karena itu diperlukan beberapa pertimbangan yang dapat digunakan oleh pengambil kebijakan pendidikan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut adalah salah satu upaya untuk meminimalisir efek-efek negatif pemanfaatan inovasi dan teknologi.
2. Kelebihan Pemanfaatan Inovasi dan Teknologi Pendidikan
Dalam proses belajar dan mengajar, inovasi dan teknologi pendidikan merupakan bagian dari suatu sistem yang tak terpisahkan dengan terdidik dan pendidik. Peranan teknologi tidak sekedar membantu proses belajar mengajar dengan mencakup satu aspek dalam diri manusia saja, akan tetapi mencakup apek-aspek lainnya yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif.
Secara umum teknologi memiliki fungsi utama yaitu membantu manusia menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan efisien, sebagaimana pengertian dari inovasi dan teknologi itu sendiri. Namun kelebihan-kelebihan tersebut dapat dispesifikkan menjadi beberapa macam kelebihan antara lain :
a. Mampu meningkatkan minat pelajar terhadap mata pelajaran
Pemanfaatan hasil inovasi dan teknologi mampu memberikan situasi yang nyata pada proses pembelajaran. Selama ini pelajar dituntut untuk memiliki kemampuan verbalisme yang tinggi pada hal-hal yang abstrak. Verbalisme adalah hal sangat sulit sekali dan membosankan bagi pelajar jika terus menerus dipacu di sekolah. Penggunaan inovasi dan teknologi berupa instrumen yang mampu mengajak pelajar belajar ke dunia nyata melalui visualisasi akan mampu menurunkan rasa bosan pelajar dan meningkatkan minatnya pada mata pelajaran
b. Transfer informasi lebih utuh
Hasil inovasi berupa instrumen bantu pendidikan akan memberikan data atau informasi yang utuh, hal ini terlihat pada aktifnya indera pelajar, baik indera penglihatan, pendengaran dan penciuman, sehingga pelajar seakan-akan menemui situasi yang seperti aslinya. Hasil inovasi dan teknologi akan melengkapi gambaran abstrak yang sebelumnya dipahami pelajar dan membetulkan pemahaman yang salah mengenai informasi yang didapatkan dari teks. Pada kasus pengadaan hasil inovasi dan teknologi pada laboratorium, dengan memanipulasi objek dan situasi penelitian sedemikian rupa, maka objek dan situsi tersebut seakan-akan sesuai dengan fenomena-fenomena yang dipelajari oleh pelajar.
c. Hasil inovasi dan teknologi akan merangsang pelajar untuk lebih berpikir secara ilmiah dalam mengamati gejala masyarakat atau gejala alam yang menjadi objek kajian dalam belajar.
Hasil inovasi dan teknologi dikembangkan dengan kerangka berpikir ilmiah berupa langkah rasional, sistematik, dan konsisten. Secara tidak langsung hasil-hasil inovasi dan teknologi akan merangsang pelajar untuk membantu pelajar dalam mengidentifikasi masalah, observasi data, pengolahan data serta perumusan hipotesis. Kegiatan tersebut tidak hanya hanya memperkuat ingatan terhadap informasi yang diserap, tetapi juga berfungsi sebagai pembentukan unsur kognitif yang menyangkut jenjang pemahaman.
d. Hasil inovasi dan teknologi akan merangsang kreatifitas pelajar.
Ada beberapa hasil inovasi dan teknologi pendidikan yang dapat digunakan secara mandiri oleh pelajar, dimana siswa dapat mengembangkan kreatifitasnya serta imajinasi dan daya nalarnya dalam memahami materi yang diajarkan. Di sini, kelancaran, keluwesan, orisinalitas dan keunikan pelajar dalam berpikir akan terpacu.
Bentuk-Bentuk Pemanfaatan Inovasi dan Teknologi Dalam Bidang Pendidikan
Kegiatan yang harus dilakukan guru dalam belajar-mengajar, antara lain menyangkut perumusan tujuan, pemilihan bahan ajar, metoda dan alat bantu mengajar, kegiatan pelajar, evaluasi hasil belajar, dan manajemen pembelajaran. Beberapa aktifitas tersebut dapat dibantu dengan menggunakan hasil-hasil inovasi dan teknologi. Banyak sekali wilayah dalam pendidikan yang berpeluang untuk memanfaatkan hasil-hasil teknologi, karena berbagai dalam berbagai aspek kehidupan, inovasi dan teknologi sudah mampu menjawab kebutuhan manusia untuk berkembang. Pemanfaatan inovasi dan teknologi dalam bidang pendidikan dapat dikategorikan menjadi dua bentuk yaitu :
a. Penerapan inovasi dan teknologi pendidikan dalam bentuk sistem pendidikan
Inovasi dan teknologi pada tataran ini menjangkau area kebijakan penyelenggaraan proses pendidikan. Contoh dari pemanfaatan inovasi dan teknologi pelaksanaan sistem Cara Belajar Pelajar Aktif (CBSA), Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), atau penambahan jam belajar di sekolah. Pada tataran ini inovasi dan teknologi diterapkan secara massal karena mengarah pada sistem.
b. Penerapan inovasi dan teknologi pada media belajar dan mengajar
Inovasi dan teknologi pada tataran ini menjangkau area yang lebih sempit, yaitu merujuk pada penyelenggaraan proses pendidikan berupa proses belajar mengajar di sekolah, Penerapan yang dilakukan adalah elaborasi hasil teknologi sebagai media belajar di sekolah, misalnya Computer Assisted Instruction (CAI), alat-alat canggih berupa audio visual, alat-alat permainan edukatif atau media cetak berupa buku-buku, serta pengadaan alat-alat laboratorium yang berkualitas
c. Penerapan Inovasi dan teknologi pada konsep pendidikan dan konsep belajar
Inovasi dan teknologi pada tataran ini menjangkau area konseptual pendidikan, misalnya konsep pendidikan yang membebaskan yang diungkapkan oleh Paul Freire, konsep Quantum Learning (Potter dan Hernacki, 2001), Accelerated Learning,
Beberapa area bentuk pemanfaatan teknologi dan inovasi pendidikan yang akan dilakukan juga terletak pada :
a. Produksi dan aplikasi media pendidikan
b. Pelatihan dan pengembangan profesional pendidikan
c. Pengelolaan sistem belajar jarak jauh
d. Teknologi informasi dalam pendidikan
Contoh beberapa pemanfaatan antara lain :
a. Pemanfaatan pada laboratorium pendidikan yang berfungsi melakukan penelitian dan pengembangan model pengejaran yang baik
b. Pusat Produksi Multimedia Pendidikan yang menghasilkan audio kaset, audio grafis, program video sampai program siaran radio dan TV
c. Pusat Pengujian sebagai pengelola evaluasi hasil belajar siswa
d. Perpustakaan
e. Pusat Penerbitan menerbitkan bahan ajar cetak
f. Unit-unit kerja lain seperti Pusat Komputer, Biro Administrasi Akademik, Perencanaan, Sistem Informasi
Secara spesifik contoh-contoh pemanfaatan teknologi dapat dilihat pada bab berikut ini.
Beberapa Contoh Pemanfaatan Teknologi dan Inovasi Pendidikan Pada Masa Kini
a. Pemanfaatan Komputer Sebagai Media Bantu Belajar Mengajar Matematika dan IPA
Komputer dewasa ini telah dilengkapi dengan kemampuan yang tak tertandingi oleh peralatan lain, baik dari segi kecepatan maupun keluwesan penggunaannya. Dalam kaitannyan dengan peningkatan mutu pendidikan, tidak salah jika komputer menjadi pilihan tepat sebagai media pembelajaran. Salah satu mata pelajaran yang dapat dibantu dengan berbagai fasilitas di dalam komputer adalah matematika dan IPA (Fisika, Kimia dan Biologi) atau yang lebih akrab disebut dengan MIPA.
Mata pelajaran matematikan dan IPA adalah mata pelajaran yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi sehingga selama ini ditakuti pelajar sekolah, padahal mata pelajaran matematika dan IPA adalah ilmu dasar yang mutlak harus dikuasai sebagai langkah awal dalam meletakkan landasan penguasaan teknologi. Konsep MIPA tidak mungkin dapat dikuasai hanya dengan membaca buku ataupun menghafal rumus-rumus saja.
Disamping cara ini sangat memerlukan waktu dan tenaga yang banyak, cara-cara seperti ini dapat menyebabkan berbagai macam miskonsepsi. Oleh karena itu untuk mengatasi persoalan tersebut, pelajar harus dibawa seekat mungkin dengan peristiwa alam, misalnya dengan metode eksperimental atau metode demonstrasi. Dalam hal ini, komputer menjadi media yang cocok untuk menunjang cara pengajaran seperti itu. Hal ini dikarenakan komputer memiliki beberapa karakteristik, antara lain :
a. Komputer dapat digunakan dimana saja dan kapan saja
b. Dapat dipakai dalam proses belajar mengajar baik secara klasikal maupun individual
c. Mudah dan murah pembuatannya
d. Komputer dapat memvisualisasikan fenomena alam seperti proses aslinya
e. Komputer mampu melakukan simulasi, perhitungan dan bahkan data untuk digunakan kapan saja
Secara spesifik, penggunaan komputer sebagai media bantu belajar mengajar MIPA memiliki beberapa tujuan, antara lain :
a. Pelajar lebih mudah memahami kondep-konsep yang diajarkan. Kemampuan pelajar dalam hal aplikasi, analisis dan sintesis dapat terus dibina.
b. Pelajar lebih berminat dan giat mempelajari MIPA
c. Mengurangi terjadinya salah konsep dan verbalisasi, misalnya menghafal
d. Memotivasi guru untuk mengembangkan pengetahuan dan profesinya
Namun, meskipun banyak keuntungan yang bisa diperoleh, upaya komputerisasi media pendidikan benyak menemui hambatan. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya guru yang mau dan mampu menyusun sebuah aplikasi presentasi atau program pembelajaran. Selain itu sedikitnya pengetahuan guru tentang pemrograman dan kurang tersedianya perangkat lunak pembelajaran juga menjadi kendala yang perlu segera diatasi. Pada dasarnya, banyak guru yang telah mampu mengoperasionalkan komputer. Namun patut disayangkan penggunaan komputer masih sebatas sebagai sarana bantu administratif dan bukan untuk keperluan belajar yang menjadi tugas utamanya.
Permasalahan ini sudah dijawab oleh sebagian besar perguruan tinggi yang menyiapkan tenaga pengajar yang handal dalam mengoperasikan komputer. Pada Fakultas MIPA UNY di Yogyakarta misalnya para mahasiswa sudah dibekali dengan kemampuan untuk merancang sebuah program aplikasi komputer. Mislnya pada Jurusan Pendidikan Fisika mahasiswa disiapkan untuk mampu membuat visualisasi beberapa fenomena fisika, misalnya gerak atau kesetimbangan.
b. Program Akselerasi
Akselerasi berarti percepatan. Penerapan program akselerasi di sekolah merupakan sebuah inovasi tersendiri dalam bidang pendidikan. Program akselerasi memiliki beberapa kekhasan yang ditandai dengan adanya saling pemahaman antara dua belah pihak, yaitu pihak guru dan pelajar. Kesepakatan bersama harus sejalan dan saling disadari oleh guru dan pelajar karena keduanya adalah bagian penting dalam sebuah sistem pendidikan.
Sebagai produk baru pada jenjang pendidikan menengah dasar dan menengah program akselerasi pada SD, SLTP dan SMU dirintis oleh sekolah di Jakarta dan Yogyakarta (Nursito, 2001). Di Yogyakarta tahun 2003 merupakan tahun kedua pelaksanaan program percepatan yang dilaksanakan di SMU 1, SMU 3 dan SMU 8, sedang di Jakarta sudah dilaksanakan beberapa tahun sebelumnya. Pelaksanaan program akselerasi masi tetap mengacu pada kurikulum 1994. Bila kurikulum mutakhir ini dikurangi bebannya (dari 42 jam tatap muka menjadi 36 jam), jelas beban dan pelaksanaan program akselerasi menjadi ringan.
Program akselerasi merupakan upaya untuk peningkatan mutu pendidikan dengan mewadahi kemampuan pelajar yang memiliki kemampuan yang lebih. Penerapan program akselerasi adalah salah satu contoh bahwa dunia pendidikan mulai berbenah dalam menghadapi tuntutan zaman dengan terus menerus berinovasi.
1. Pemanfaatan Internet dalam Pendidikan
Sejarah IT dan Internet tidak dapat dilepaskan dari bidang pendidikan. Internet di Amerika mulai tumbuh dari lingkungan akademis (NSFNET). Demikian pula Internet di Indonesia mulai tumbuh di lingkungan akademis. Adanya Internet membuka sumber informasi yang tadinya susah diakses. Akses terhadap sumber informasi bukan menjadi malasah lagi. Perpustakaan merupakan salah satu sumber informasi yang mahal harganya. Adanya Internet memungkinkan seseorang di Indonesia untuk mengakses perpustakaan di Amerika Serikat. Mekanisme akses perpustakaan dapat dilakukan dengan menggunakan program khusus (biasanya menggunakan standar Z39.50, seperti WAIS), aplikasi telnet (seperti pada aplikasi hytelnet) atau melalui web browser (Netscape dan Internet Explorer). Sudah banyak cerita tentang pertolongan Internet dalam penelitian, tugas akhir. Tukar menukar informasi atau tanya jawab dengan pakar dapat dilakukan melalui Internet. Tanpa adanya Internet banyak tugas akhir dan thesis yang mungkin membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk diselesaikan.
Kerjasama antar pakar dan juga dengan mahasiswa yang letaknya berjauhan secara fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dahulu, seseorang harus berkelana atau berjalan jauh untuk menemui seorang pakar untuk mendiskusikan sebuah masalah. Saat ini hal ini dapat dilakukan dari rumah dengan mengirimkan email. Makalah dan penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar menukar data melalui Internet, via email, ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharring. Bayangkan apabila seorang mahasiswa di Irian dapat berdiskusi masalah kedokteran dengan seoran pakar di universitas terkemuka di pulau Jawa. Mahasiswa dimanapun di Indonesia dapat mengakses pakar atau dosen yang terbaik di Indonesia dan bahkan di dunia. Batasan geografis bukan menjadi masalah lagi.
Sharring information juga sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian agar penelitian tidak berulang (reinvent the wheel). Hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi dan lembaga penelitian dapat digunakan bersama-sama sehingga mempercepat proses pengembangan ilmu dan teknologi.
Distance learning dan virtual university merupakan sebuah aplikasi baru bagi Internet. Bahkan tak kurang pakar ekonomi Peter Drucker mengatakan bahwa “Triggered by the Internet, continuing adult education may wll become our greatest growth industry”. Virtual university memiliki karakteristik yang scalable, yaitu dapat menyediakan pendidikan yang diakses oleh orang banyak. Jika pendidikan hanya dilakukan dalam kelas biasa, berapa jumlah orang yang dapat ikut serta dalam satu kelas? Jumlah peserta mungkin hanya dapat diisi 50 orang. Virtual university dapat diakses oleh siapa saja, darimana saja.
Bagi Indonesia, manfaat-manfaat yang disebutkan di atas sudah dapat menjadi alasan yang kuat untuk menjadikan Internet sebagai infrastruktur bidang pendidikan. Untuk merangkumkan manfaat Internet bagi bidang pendidikan di Indonesia:
• Akses ke perpustakaan;
• Akses ke pakar;
• Menyediakan fasilitas kerjasama.
Inisiaif-inisiatif penggunaan IT dan Internet di bidang pendidikan di Indonesia sudah mulai bermunculan. Salah satu inisiatif yang sekarang sedang giat kami lakukan adalah program “Sekolah 2000”, dimana ditargetkan sejumlah sekolah (khususnya SMU dan SMK) terhubung ke Internet pada tahun 2000 ini. Inisiatif pemanfaatan internet sebagai upaya pemanfaatan inovasi dan teknologi di bidang pendidikan perlu mendapat dukungan dari bangas Indonesia.
2. Penerapan Teori Belajar Kuantum
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, bangsa Indonesia berada dalam suatu era dimana hampir seluruh informasi dapat disajikan seketika dalam berbagai bentuk melalui sebuah jaringan belajar global, suatu abad dimana teknologi informasi telah melahirkan ekonomi baru. Gelombang perubahan yang mengguncangkan ini memaksa kita untuk memikirkan kembali segala sesuatu yang selama ini kita pahami tentang pembelajaran, pendidikan, persekolahan, bisnis, ekonomi, dan pemerintahan dimana negara-negara berkembang memungkinkan melompati revolusi industri dan segera memasuki era informasi dan inovasi.
Kekuatan atau kompetensi dari suatu organisasi akan lebih ditentukan oleh intangible asset berupa sumber daya manusia yang berkemampuan serta organisasi pembelajar untuk dapat bersaing pada masa yang akan datang. Dengan berkembangnya teknologi informasi dunia ini penuh dengan limpahan pengetahuan yang luar biasa tinggal mampukah mengambil kesempatan tersebut untuk mengembangkan kompetensi diri kita sebagai individu maupun organisasi.
Quantum Learning merupakan metoda pengajaran maupun pelatihan yang baru yang menggunakan metodologi berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intelligences (Gardner), Neuro Linguistic Programming atau NLP (Grinder & Bandler), Experential Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson & Johnson) dan Elements of Effective Instruction (Hunter) menjadi sebuah paket multisensori, multi kecerdasan dan kompatibel dengan cara bekerja otak yang mampu meningkatkan kemampuan dan kecepatan belajar. Metodologi ini dibangun berdasarkan pengalaman delapan belas tahun.
Percepatan belajar (accelerated learning) dikembangkan untuk menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan secara sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, cara efektif penyajian, modalitas belajar serta keterlibatan aktif dari peserta. Konsep kunci dalam Quantum Learning adalah sintesis dari berbagai teori dan strategi belajar yang digunakan antara lain :
a. Teori otak kanan / kiri
b. Teori otak triune (3 in 1)
c. Pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik)
d. Teori kecerdasan ganda
e. Pendidikan holistic (menyeluruh)
f. Belajar berdasarkan pengalaman
g. Belajar dengan symbol (metaphoric learning)
h. Simulasi / permainan
i. Peta Pikiran (mind mapping)
Perubahan paradigma dalam model Quantum Learning dilandaskan pada asumsi dasar bahwa :
a. Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid sehingga seorang trainer lebih bersifat sebagai fasilitator
b. Bagi kebanyakan orang belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, lingkungan dan suasana yang tidak terlalu formal, penataan duduk setengah melingkar tanpa meja, penataan sinar atau cahoya yang baik sehingga peserta merasa santai dan relak.
c. Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik dan berbeda yang merupakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu merubahnya dengan demikian perasaan nyaman dan positif akan terbentuk dalam menerima informasi atau materi yang diberikan oleh fasilitator.
d. Modul pelajaran tidak harus rumit tapi harus dapat disajikan dalam bentuk sederhana dan lebih banyak kesuatu kasus nyata atau aplikasi langsung.
e. Dalam menyerap dan mengolah informasi otak menguraikannya dalam bentuk simbol atau asosiatip sehingga materi akan lebih mudah dicerna bila lebih banyak disajikan dalam bentuk gambar, diagram, flow atau simbol.
f. Kunci menuju kesuksesan model quantum learning adalah latar belakang (background) musik yang telah terbukti memberikan pengaruh positip dalam proses pembelajaran
g. Metoda peran dimana peserta berperan lebih aktif dalam membahas materi sesuai dengan pengalamannya melalui pendekatan terbalik yaitu membuot belajar serupa bekerja (pembelajaran orang dewasa)
Tahapan awal aplikasi metoda belajar Quantum Learning
a. Melakukan pengkajian yang lebih mendalam mengenai metoda belajar dengan Quantum Learning
b. Bekerja sama atau kolaborasi dalam mengembangkan metode tersebut dengan pihak luar yang mempunyai basis psikologi dalam metoda pendidikan
c. Mengundang pihak luar yang kompeten dalam pengembangan metoda tersebut
d. Bilamana diperlukan mengundang Bobbi DePorter yang telah mengemas dan mengembangkan gagasan Quantum Learning
e. Mengadakan uji coba aplikasi metoda tersebut untuk materi manajemen (non vocational) dan melakukan questioner untuk pengembangan lebih lanjut apabila hasilnya positip.
f. Menyiapkan sarana belajar Quantum Learning sesuai perkembangan yang ada
g. Sosialisasi pada diklat-diklat di lingkungan Jasdik untuk mengembangkan metoda tersebut
h. Melakukan review pada modul-modul yang telah ada berdasarkan sistimatika dan metodologi Quantum Learning
i. Membentuk team yang sepenuhnya di sponsori dan di back-up oleh manajemen karena sifatnya yang eksperimental dalam mengembangkan inovasi yang baru tersebut (re-energize).
j. Penyiapan media pendidikan seperti Note Book, Proyektor, OHP, Flip Chart, Sound System Portable baik untuk kegiatan internal maupun presentasi.
Penutup
Setelah memahami kondisi sosial yang ada maka langkah selanjutnya adalah mendesain formula ilmu pendidikan yang aspiratif dengan perkembangan dunia. Persoalannya adalah apakah ilmu pendidikan saat ini sudah memadai guna menyaingi gelombang peribahan sosial (Darwin, 2002). Dari pemahaman ini, nampaknya ilmu pendidikan perlu direposisi. Pertama perlu dilihat bahwa proses pendidikan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Bahkan bukan hanya masyarakat Indonesia tetapi bagian dari seluruh umat manusia. Dengan kata lain, ilmu pendidikan merupakan bagian yang tak terpishkan dari kebudayaan Indonesia maupun kebudayaan global. Dengan demikian ilmu pendidikan bukan hanya sekedar sebagai proses pendewasaan atau proses sosialisasi atau proses penyesuaian budaya, tetapi juga sebagai proses yang aspiratif dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Meskipun upaya peningkatan terus menerus dilakukan, para pendidik harus menjawab pertanyaan muncul, yaitu : apakah inovasi dan teknologi sudah saatnya mutlak diperlukan kehadirannya dalam setiap aktifitas pendidikan ataukah hanya sekedar ikut-ikutan pada trend yang berkembang?
Oleh karena itu diperlukan langkah prevensi yang antisipatif terhadap segala kemungkinan yang ada. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pengarahan ulang (redirection) terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan pendidikan serta menghilangkan sifat konservatisme di dalam pendidikan di Indonesia. Perancangan ulang tersebut dapat dilakukan dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait dengan pendidikan serta komponen di dalam sekolah sebagai institusi pendidikan formal. Perancangan ulang tersebut setidaknya harus mencakup ;
a. Perluasan Area Cakupan Penelitian
Penelitian mengenai pendidikan yang dilakukan hendaknya diperluas pada proses transfer of learning pada belajar, akan tetapi juga menyangkut masalah yang berkaitan dengan ekonomi, sosial dan budaya
b. Penyusunan Kerangka Acuan (frame of reference)
Kerangka acuan mengenai aspek pendidikan perlu diperluas sehingga mencapai simpul-simpul pertemuan antara pendidikan dengan perubahan sosial-ekonomi, transformasi kultural dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada sisi yang lain.
c. Perluasan Time Frame
Penelitian yang dilakukan tidak hanya terpaku pada masalah-masalah pendidikan pada masa lampau tetapi juga menelusuri akar historis persoalan pada masa sekarang dan melakukan penjajagan mengenai situasi dan problematika di masa depan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasilnya dalam dunia pendidikan (Arsyad, 2000). Para praktisi pendidikan dituntut untuk mampu memanfaatkan hasil teknologi sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Pendidik, misalnya, dituntut untuk sekurang-kurangnya mampu mengaplikasikan peralatan modern yang tersedia.
Selain itu pendidik juga diharapkan untuk menggalakkan penelitian tentang Ilmu Pendidikan, karena pedagoik memiliki wacana, visi, misi dan program yang jelas serta metode obeservasi, eksperimentasi, dan metode ilmiah baik kuantitatif dan kualitatif yang baik. Namun meskipun sudah memiliki kejelasan orientasi, namun masih sedikit upaya yang dilakukan bangsa Indonesia untuk mengaplikasikan orientasi tersebut dalam medan penelitian ilmiah.
Dunia informasi dan teknologi berkembang sangat cepat dan merambah ke semua sektor kehidupan. Dunia Pendidikan yang berperan mencetak manusia yang menguasai teknologi mau tidak mau terkena imbas yang sama yaitu tersentuh dengan teknologi. Pendidikan yang identik dengan sekolah dan lembaga formal memanfaatkan perkembangan teknologi dengan cara menyediakan sarana dan prasarana demi tercapainya suasana belajar dan mengajar yang kondusif. Namun, kenyataan di lapangan belum menunjukkan gambaran yang memuaskan. Saat ini masih banyak sekolah-sekolah (terutama yang berada di daerah pedesaan) belum tersentuh teknologi, terutama komputer. Di beberapa sekolah terungkap sistem manajemen dan Tata Usaha sekolah dikerjakan dengan manual. Mesin ketik sebagai sarana pembukuan administrasi masih menjadi alat utama sementara dilain sisi teknologi komputer telah berkembang pesat dalam sistem pengleloaan manajemen dan Tata Usaha. Bahkan kini teknologi komputer didukung dengan internet yang telah menjadi jendela penghubung dunia.
Sungguh ironis ketika hibah sejuta komputer dari pemerintah jepang yang ternyata disinyalir sebagai ajang bisnis miliaran rupiah kurang didukung dengan respon dari pemerintah. Dari kasus tersebut terungkap bahwa beberapa sekolah membutuhkan sarana komputer selain sebagai sarana penertiban administrasi juga sarana belajar siswa. Karena kita telah tertinggal jauh dengan siswa di eropa yang telah menggunakan teknologi komputer beberapa puluh tahun yang lalu sebagai sarana belajarnya.
Teknologi seharusnya direspon pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional dengan menteknologikan pendidikan. Tahapan-tahapan yang dilalui memang panjang namun dengan pengalokasian dana untuk penyediaan sarana dan prasarana seperti komputer akan mendukung program ini. Dalam hali ini yang menjadi prioritas adalah sekolah-sekolah yang berada di pedesaan dimana siswanya belum pernah menyentuh bahkan melihat komputer. Program-program komputer tingkat dasar dapat dimasukkan ke dalam kurikulum nasional pada tingkatan sekolah dasar, sehingga ketika siswa melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi, tidak tertinggal dengan siswa-siswa diperkotaan yang telah mengenal komputer. Setiap kejadian pasti ada hikmahnya dan kasus hibah sejuta komputer dapat digali hiknah dan wacana yang terkandung didalamnya.
Tulisan ini adalah makalah saya ketika mengikuti kuliah Ilmu Pendidikan Tahun 2002.
Tinjauan Pustaka
Nursito, A. 2001. Plus Minus Program Akselerasi. Majalah Gerbang Edisi 2. Th 1. September-Oktober 2001.
Setyono, B. 2001. Komputer Sebagai Media Bantu Belajar Mengajar Matematika dan IPA (MIPA). Majalah Gerbang Edisi 2. Th 1. September-Oktober 2001
Darwin, S. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan. Jakarta : PT. Grasindo
Tim Departemen Pendidikan Nasional. 1990. Penelitian Tindakan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

No comments:

Post a Comment